CERITA DARI SUNGAI JUNOK
Pagi ini jam 05.00 ditelapak tanganku.
Aku berniat mengajakmu
pergi menyusuri pagi. Air sungai mengalir kearah barat.
Diatas pepohonan
burung-burung berkicau. Loncat-loncat kesana kemari.
aku lintasi sebuah
titian pendek jalan menuju rumahmu. Pagi berucap di bibir: wajahmu,
satu-satunya yang kumiliki dalam ingatan hari ini. Sebentar lagi aku akan
sampai menjemputmu. Tunggulah disana. Jangan kemana-mana. Langkahku tinggal
dalam hitungan jemari. Aku gemetar. Sebab baru pertama kali ini aku beranikan
diri masuk halaman rumahmu. Kau dimana?
Catatan semalam masih
kau simpan, bukan!
Kita akan berangkat
sebelum jalan ramai. Aku sudah tak sabar menunggumu disini. Keluarlah.
Hari ini kita
mau kemana, ucapmu cemas.
Sepihak peta ini menunjuk
lurus ke arah timur. Mengikuti sepanjang arus sungai. Di belakangku kau diam
menoleh ke kanan. Entah apa yang ingin kau lukis di sana. Tak berani kutanya,
hanya saja kutangkap seperti kabut menyelimuti pepohonan. Kuabaikan
kekhawatiran. Mobil-mobil kubiarkan mendahului dari belakang.
Jalan berliku dan
bergelombang. Aku menghindari beberapa lubang di sepanjang ruas jalan.
Dingin-dingin kurasakan
mulai menyentuh tulang-tulang. Aku menggelepak sesekali.
Menghempas angin.
Menahan dingin.
Kemana kita?
Jalan kian panjang dan
memanjang. Kususuri kediamanmu menuju selatan. Tapi tetap saja tak kujumpai
ucapmu yang menggetarkan. Pagi pun perlahan tanggal pada siang. Dan kita berdua
saling terasing di atas kendaraan. Mengekalkan kesunyian. Menahan hujan dalam
ingatan.
Bangkalan, 2010
SEPERTI PERAHU
Di matamu
aku kembali menjelma perahu
yang hendak membawamu
mengarungi samudera luas:
bermimpi layar bongkaran ombak
ikan-ikan
dan jala waktu malam-malam
yang tua
aku hanya gayung
tanpa jemari di depanmu
sedang ombak kembali tak sejati
menawan buih sisa jejak-jejak kapal
yang berlalu
Itu langit. Dan itu batas, katamu
Lalu semenanjung kian mendung
Bangkalan, 2010
LAUT DI SELAT MADURA
Ada yang mengharukan
ketika kapal bersandar di pelabuhan
laut yang membentang seperti kampung halaman
yang kini telah jadi kenangan
Di atas air ini-di dasar hati
aku menikmati selat Madura yang elok
diantara temaram lampu-lampu zaman yang bersinar
seperti cahaya kunang di sana
kita sanjung wajahnya saat musim hujan tiba
ada yang mengharukan
saat kita berada di atas kapal
dimana laut yang membentang seperti kampung halaman
kenangan hanyut terbawa arus gelombang pasang
aku terdiam
Surabaya, 25 September 2012
No comments:
Post a Comment