Catatan Tahun Baru
i.
bahkan, mereka yang menanam bunga api di langit
kehilangan alasan untuk menciptakan daun dan batang
sebentar saja berkembang, lalu layu dan mati
aku bertanya-tanya, apakah seperti itu cinta
yang dapat mudah tumbuh dan patah?
ii.
kututup telingaku dari semua bunyi terompet
karena prasangka dengan mudahnya dapat keliru
mula-mula aku khawatir israfil akan ikut berpesta
lalu gunung meledak, menawarkan hujan abu
aku alergi debu dan punya riwayat asma
maka sesak dadaku, gagal lafazkan syahadat
sebagai syarat bertemu sungai madu
iii.
aku coba membakar ingatan dalam sisa arang
kakap merah puas kulahap, kini tinggal tulang
kenangan-kenangan yang mencoba bersembunyi
takut kubunuh karena segera dimulai tahun baru
iv.
aku mendoakan doa-doamu dapat memanjat tebing itu
yang tak kelihatan sampai di mana ujungnya
bila benar bumi ini bundar, aku seringkali curiga
tebing itu juga melingkar. sesuatu yang terlihat datar
adalah fatamorgana meski cahaya tak sampai
empat puluh derajat celcius atau bikin kulit terbakar
aku mendoakan doa-doamu memiliki sayap
sehingga dapat terbang seperti ikarus tapi tak
direkatkan lilin-lilin. sampai angkasa mana pun
aku bersaksi, udara tak pernah benar bikin kita bernapas.
yang tak kelihatan sampai di mana ujungnya
bila benar bumi ini bundar, aku seringkali curiga
tebing itu juga melingkar. sesuatu yang terlihat datar
adalah fatamorgana meski cahaya tak sampai
empat puluh derajat celcius atau bikin kulit terbakar
aku mendoakan doa-doamu memiliki sayap
sehingga dapat terbang seperti ikarus tapi tak
direkatkan lilin-lilin. sampai angkasa mana pun
aku bersaksi, udara tak pernah benar bikin kita bernapas.
(2012)
Sekian Fragmen
Perjalanan, Ketika Aku dan Kau Memutuskan
Pergi atau
Kembali demi Menuntaskan Rindu dan Kerinduan
I.
Hujan turun tipis. Kau bersiap menepis kenyataan bahwa kita
duduk berhadap-hadapan,
memesan dua gelas jahe, dengan madu dan coklat, dan
orang-orang menatap kita dengan
pandangan yang berkilat. Aku ingin meminta sesaat, mencari
detak jantung yang berisik,
pelan kian melubangi dada seperti peluru berkaliber berat.
Kau meneguk satu gelas, dan
gelas-gelasnya pecah seperti udara yang berebut masuk ke
hidung, memenuhi paru-paru,
meledakkannya jadi remah roti milik Hansel Gretel.
Dan hujan berteriak, seperti raungan burung koak. Beberapa
milik kenangan tercerai berai,
pontang-panting, tunggang-langgang, meloncat dua meter ke
langit, tersangkut di pohon
perdu. Kau yang merindu, tapi ombak terlalu tinggi dan angin
yang kemarin memejam,
bangun malam ini.
Suara, tidakkah
ini tampak begitu ganjil? Aku dan bayangan kompak saling bermusuhan?
II.
Karena para perokok mengadakan rapat di dekat jembatan, lupa
mandi pagi dan gosok
gigi, asap-asap terkepul lalu berkumpul di langit.
Burung-burung pingsan, banyak anak
sekolah kesiangan. Seorang pegawai KPPN lupa absen dan hendak
menyalahkan hujan
yang akrab memeluk dirinya. Dia melihat ke atas, dua jejak
asap mula-mula sebesar bola
ping pong melebar menyerupai cendawan. Seseorang telah meledakkan C4, Seseorang
telah meledakkan
C4! Dia menjerit, pegawai negeri di imigrasi dan pengadilan
negeri ikut
berhamburan, panik dan mulai belajar mengatupkan tangan
kembali, memohon kiamat tidak
terjadi hari itu dengan alasan terlalu banyak dosa dan
paspor-paspor terbengkalai, devisa
negara akan berkurang karena para TKI gagal berangkat.
Padahal, para perokok hanya saling berlomba mengepulkan asap
yang paling gagah seperti
adu kelamin yang tabah bercinta dengan sesuatu bernama sunyi.
III.
Janus jatuh di pohon mangga. Anak kecil yang biasa bermain
sepeda terbangun, keluar kamar
dengan mengendap. Padahal malam masih muda, jalan-jalan
sekitar Sumbawa masih ramai,
berpasang kekasih saling bertukar anai-anai. Tapi kumbang
telah tidur, katak telah tidur,
lalat-lalat yang biasa mengacau, menghindari nyala lilin juga
telah tidur.
Pukul 21 Wita, ada Janus di luar sedang menyembunyikan salah
satu wajahnya, ada aku di
dalam sedang mencari satu-satunya wajah.
IV.
Malaikat yang mematahkan sayapnya itu menyamar menjadi
dirimu. Matahari ada sembilan,
satu di langit dan sisanya mengitari Kau sebagai pusat
galaksi. Aku hanya seekor bulan yang
hendak mengorbit di sebuah planet, agar air dapat pasang
surut dan dongeng tentang pungguk
jadi abadi.
V.
Maka, langit terbuat dari kecap. Hitam pekat dan kental.
Sekoloni semut berusaha
memanjatnya tapi tak ada sulur pohon dari surga, tak ada
dinding pondasi cakar ayam yang
kuat menantang udara yang tipis, dikuasai nitrogen dan
karbondioksida. Aku menduga, bila kiamat tiba, sehektar cabe akan mekar
mula-mula lalu tumbuh besar seperti dongeng milik Jack, berbuah, meletus dan
langit jadi warna merah, pedas, membara. Orang-orang yang tadinya takut
diabetes pergi ke WC, membuka celana dan menunaikan haknya yang paling asasi, tapi
berkali-kali sampai dehidrasi. Rumah sakit penuh. Dokter-dokter yang tak makan
seminggu kewalahan dan mayat-mayat bergelimpangan terlantar
di jalan-jalan karena ongkos
ambulance yang kian mahal sesuai teori ekonomi Adam Smith.
Maka di dunia lain, Smith
menggerutu dan menggugat Tuhan, meminta dipercepat saja
kiamatnya biar tak makin
banyak tuntutan dialamatkan kepadanya.
Dunia awalnya amat sederhana, langit terbuat dari kecap. Kita
di dalam botol, saling
mencecap bibir masing-masing.
(2012)
Kukenali Sajak
yang Tak Sengaja Membuatmu Jatuh Cinta
aku selalu tahu sajak mana milikku
yang membuatmu jatuh cinta
karena perasaan tak mudah bersembunyi
dan meminta pertama kali ditemukan
segala jenis metafora di dunia, yang malu-malu
dan bahkan tidak tahu malu, gagal membingkainya
lukisan tetap lukisan, cinta tetaplah cinta
kadang-kadang aku sendiri takjub
abjad hanya 26 buah, tetapi perasaan
yang begitu sunyi dan luas
dapat menjadi ramai, sebuah pesta seolah
tengah digelar dan yang bernyanyi
merdu dari nuri
aku sendiri seorang penonton
duduk di atas kursi lipat
segala niat jahat, kumohon pergilah
maka ketika kutulis sebuah sajak
yang kemudian membuatmu jatuh cinta
sesungguhnya aku bersaksi
telah kutitipkan hatiku di dalamnya
dalam sebuah bingkisan kado berpita ungu
(2012)
No comments:
Post a Comment