POTRET
NEGERIKU
Senin
waktu fajar...
Para koruptor berjajar
Bentuk barisan panjang
Tuk menunggu antrean sidang
Membeli tiket masuk jeruji
Atas diri yang serakah dan keji
Selasa saat mentari terlalu terik...
Para
mahasiswa lantunkan seratus lirik
Tanpa
damai kepada wakil rakyat
Simpan
celurit, parang, hingga pedang
Bersiap
menerobos rantai polisi yang kuat
Dengan
slogan, maju!! Serang!! Terjang!!!
Rabu ketika petang tiba..
Dua suku berbeda
menjaga perbatasan
Padahal mereka
satu daratan
Tak terhindar
perang saudara
Hanya gara-gara
rebutan tahta
Wilayah
kekuasaan tak bertuan
Hingga satu per
satu jiwa saudara berguguran
Kamis bila sang surya pulang keperaduan...
Fenomena
luar biasa muncul ke permukaan
Anak-anak
ingusan telah mahir mengisap tembakau
Bapak
dan ibunya tanpa malu berbangga hati
Tidak
peduli rongga tubuh perlahan kacau
Memotong
masa hidup merakit jembatan mati
Jumat
sampai pada kedudukan bulan tertinggi....
Bus-bus terusik tamu tak diundang
Terus berdendang dengan suara serak
Pengemis, masih terseok menadah
Demi uang seperak
Dan lintang pukang,
Langkah seribu dari kejaran seragam biru
Sabtu menjelang seruan adzan shubuh...
Remaja
cantik berbusana tak utuh
Keluar
klub berpesta pora
Bercumbu
dengan si hidung belang
Ia
generasi muda?
Bukan!
Ia generasi malang!
Minggu
waktu fajar kembali menyongsong...
Kembali berkaca pada siluet langit, daku
Tak sanggup lagi sebut satu-satu
realitas dalam negri
Kemanakah bumi pertiwi pergi?
Yang tersisa tinggal rasa sesal di hati
Terngiang kisah kolonialisme Belanda
Rakyat tersiksa dengan tanam paksa
Juga kisah saudara tua
Rakyat menderita akibat romusha
Kini, di era reformasi
Rakyat menggilas sesama rakyat
Ingatkah pejuang gugur demi tanah air
Tahukah diatas tanah, kita injak
Keringat, darah, air mata mereka?
Rakyat dahulu tak ingin di kenang
sekarang
Rakyat dahulu hanya tak mau terkekang
Mimpi-mimpi mulia mereka goreskan! mereka
capai!
Untuk kita di masa depan
Antara
realitas dan mimpi
Hanya
sebatas perbedaan kata
Bukan
sekedar angan belaka
Tapi
sebagai detakan motivasi
Antara
realitas dan mimpi
Harus
saling melengkapi
Di
masa pembangunan ini
Masih
ada kesempatan tersisa
Tuk
kobarkan semangat juang generasi terdahulu
Satukan
seluruh rakyat berbhineka tunggal ika!
Mari,
jadikan Indonesia Maju diatas Nusantara!
Tema: Nasionalisme
NONA
Nona...
Alangkah elok rupamu
Polesan lipstik anggur menyala,
Pupur wajah seputih salju
Terlukis indah hingga
rompak aslimu pun topengi riasan
Tuhan
Lentikkan bulu mata
Lesung pipi membelah wajah
Naikkan gairah tak tertahan
Gelora syahwat para iblis berkata
Engkau bak mentari bersinar di
cuaca cerah
Nona..
Di bawah
kerlipan bintang
Di peluk
sang rembulan
Di sorot
lampu remang-remang
Kau menjelma jadi bunga raya,
Semua
tatap intip kain merah muda
Lebarkan
seluruh lekuk tubuhmu
Sungguh
makhluk Tuhan nan sempurna itu kau
Nona..
Senyum manismu tetap terkulum
Tunggu jendela dalam rayuan iblis
Menarik kutub magnet dirimu
Pikirmu, “dalam kegelapan kan ku
gali emas!”
Tak
lelah kan kau berdiri, bergaya bak foto model?
Hanya
memajangkan diri tanpa kilatan kamera
Menunggu
sesuatu tak pasti sedari mendengar riuhan alarm
Roda dua
dan empat yang saling bergilir
Apa ini
bakat lahiriah dari Tuhan untukmu?
Tuhan
tidak buta, nona...
Ku coba teriakkan namamu...
Tapi kerongkonganku tercekat!
Nuraniku terkunci!
Tak biarkan seluruh nafsu menyatu
dalam aliran darahku
Seluruh sel merah, putih
berkecamuk dalam diri
Nona..
Tiada
peduli keperawananmu
Biar
seribu tamu singgahi ruang kehormatanmu
Bagiku, kau
tetap sang dewi nan suci
Miliki
kebaikan hati yang belum tergali
Ketulusan
cinta, asmara ku kan tetap menjadi sendi
Sampai
nona menyadari
Akulah
pemuda yang kau cari...
Tema: cinta dan humanisme
No comments:
Post a Comment