1/05/2013

47



                                                        POTRET NEGERIKU                   
Senin waktu fajar...
Para koruptor berjajar
Bentuk barisan panjang
Tuk menunggu antrean sidang
Membeli tiket masuk jeruji
Atas diri yang serakah dan keji
Selasa saat mentari terlalu terik...
Para mahasiswa lantunkan seratus lirik
Tanpa damai kepada wakil rakyat
Simpan celurit, parang, hingga pedang
Bersiap menerobos rantai polisi yang kuat
Dengan slogan, maju!! Serang!! Terjang!!!
Rabu ketika petang tiba..
Dua suku berbeda menjaga perbatasan
Padahal mereka satu daratan
Tak terhindar perang saudara
Hanya gara-gara rebutan tahta
Wilayah kekuasaan tak bertuan
Hingga satu per satu jiwa saudara berguguran
Kamis bila sang surya pulang keperaduan...
Fenomena luar biasa muncul ke permukaan
Anak-anak ingusan telah mahir mengisap tembakau
Bapak dan ibunya tanpa malu berbangga hati
Tidak peduli rongga tubuh perlahan kacau
Memotong masa hidup merakit jembatan mati
Jumat sampai pada kedudukan bulan tertinggi....
Bus-bus terusik tamu tak diundang
Terus berdendang dengan suara serak
Pengemis, masih terseok menadah
Demi uang seperak
Dan lintang pukang,
Langkah seribu dari kejaran seragam biru
Sabtu menjelang seruan adzan shubuh...
Remaja cantik berbusana tak utuh
Keluar klub berpesta pora
Bercumbu dengan si hidung belang
Ia generasi muda?
Bukan! Ia generasi malang!
Minggu waktu fajar kembali menyongsong...
Kembali berkaca pada siluet langit, daku
Tak sanggup lagi sebut satu-satu realitas dalam negri
Kemanakah bumi pertiwi pergi?
Yang tersisa tinggal rasa sesal di hati
Terngiang kisah kolonialisme Belanda
Rakyat tersiksa dengan tanam paksa
Juga kisah saudara tua
Rakyat menderita akibat romusha

Kini, di era reformasi
Rakyat menggilas sesama rakyat
Ingatkah pejuang gugur demi tanah air
Tahukah diatas tanah, kita injak
Keringat, darah, air mata mereka?
Rakyat dahulu tak ingin di kenang sekarang
Rakyat dahulu hanya tak mau terkekang
Mimpi-mimpi mulia mereka goreskan! mereka capai!
Untuk kita di masa depan

Antara realitas dan mimpi
Hanya sebatas perbedaan kata
Bukan sekedar angan belaka
Tapi sebagai detakan motivasi

Antara realitas dan mimpi
Harus saling melengkapi
Di masa pembangunan ini
Masih ada kesempatan tersisa
Tuk kobarkan semangat juang generasi terdahulu
Satukan seluruh rakyat berbhineka tunggal ika!
Mari, jadikan Indonesia Maju diatas Nusantara!

Tema: Nasionalisme







NONA

Nona...
Alangkah elok rupamu
Polesan lipstik anggur menyala,
Pupur wajah seputih salju
Terlukis indah hingga
rompak aslimu pun topengi riasan Tuhan

Lentikkan bulu mata
Lesung pipi membelah wajah
Naikkan gairah tak tertahan
Gelora syahwat para iblis berkata
Engkau bak mentari bersinar di cuaca cerah
Nona..
Di bawah kerlipan bintang
Di peluk sang rembulan
Di sorot lampu remang-remang
Kau menjelma jadi bunga raya,
Semua tatap intip kain merah muda
Lebarkan seluruh lekuk tubuhmu
Sungguh makhluk Tuhan nan sempurna itu kau

Nona..
Senyum manismu tetap terkulum
Tunggu jendela dalam rayuan iblis
Menarik kutub magnet dirimu
Pikirmu, “dalam kegelapan kan ku gali emas!”

Tak lelah kan kau berdiri, bergaya bak foto model?
Hanya memajangkan diri tanpa kilatan kamera
Menunggu sesuatu tak pasti sedari mendengar riuhan alarm
Roda dua dan empat yang saling bergilir
Apa ini bakat lahiriah dari Tuhan untukmu?
Tuhan tidak buta, nona...

Ku coba teriakkan namamu...
Tapi kerongkonganku tercekat!
Nuraniku terkunci!
Tak biarkan seluruh nafsu menyatu dalam aliran darahku
Seluruh sel merah, putih berkecamuk dalam diri

Nona..
Tiada peduli keperawananmu
Biar seribu tamu singgahi ruang kehormatanmu
Bagiku, kau tetap sang dewi nan suci
Miliki kebaikan hati yang belum tergali
Ketulusan cinta, asmara ku kan tetap menjadi sendi
Sampai nona menyadari
Akulah pemuda yang kau cari...


Tema: cinta dan humanisme


No comments:

Post a Comment