Renjana sepasang mata di balik teralis cokelat muda menyalang tajam bagai hendak menikam bayang pepohonan di luar sana
Lamat-lamat
gerimis di ujung jalan nampak mulai mendekat
Sirami bunga-bunga sepanjang perjalanannya
dan menjelma air mata do'a
Kau masih diam dalam temaram
di balik teralis cokelat muda
Beruntung wajahmu tak nampak suram
meski kau kunci kata-kata
Ah.. nona, rumahmu begitu indah
Ada
jendela-jendela besar terbuka lebar
Namun sayang,
sepertinya lebih mirip dengan penjara
ku bilang,, karena teralis cokelat muda
II. Padanya yang Masih Ada dalam Benakku
II. Padanya yang Masih Ada dalam Benakku
Ku temukan kau yang mengutara tiba-tiba
Di selasar gusar pikiranku
Nampak teramat musykil
untuk lesapkan renjis milik gerimis tipis
Sungguh,
Kau telah membuat perjanjian dengan Sang Raja
Di saat Ruhul Qudus dan abid lainnya
Bersimpuh patuh pada titah-Nya
Mereka akan menjadi
tawananmu
Dan mereka yang menjadi tawananmu
Bagai biduk yang digiring menjauh dari hulu
Bebas di laut lepas
Kau
Si Pengintai peluang,
Jangan paksa aku menjadi abidmu!
No comments:
Post a Comment