Rakyat Menggugat
Berbondong manusia
terbagai menjadi dua
Yang di atas dan
yang di bawah
Yang sehat dan yang sekarat
Antara raja dan
hambanya
Antara pejabat dan
rakyat
Dua kontras yang selalu bersimpangan, walau diragukan mereka saling
berbalas senyum, meski itu mungkin
Ironi kehidupan telah
terlukis demikian, terlalu banyak tinta berdarah mewarnai kanvas kehidupan
Rakyat mengerang
sekeras-kerasnya
Pejabat dengan pongah
mendengar, namun sayang pikiran dan hati mereka telah tuli
Sedu sedan rakyat
dianggapnya igauan tak bermakna
Keadilan adalah
impian yang ketika pagi, matahari tak kunjung terbit membangunkan sang pemimpi
Kesejahteraan
adalah dusta yang berawal dari janji tak lekas ditepati
Kesejahteraan
adalah jua mitos di temaram rona politik
Kemakmuran rakyat
adalah misteri yang sengaja tak diungkap
Rakyat menggugat,
Yang hanya dianggap ketika pesta rakyat
Rakyat menggugat,
Yang hanya dianggap ketika tak telat bayar
pajak
Rakyat menggugat,
Yang hanya dijadikan perisai sang pengkhianat
untuk kepentingan sesaat
Rakyat mengunggat!
Nisan Cinta
Entah menetas dari rahim yang mana
Hadir dalam setiap lesung pipi dan air mata
yang berkejaran
Tua muda, miskin kaya, kemarin dan esok
Membuat bahagia dan sengsara, ceria dan
merana, lesu dan gempita
Sesisir cinta
adalah bagian dari tandan rasa
Namun adakalanya
ia masam, manis, dan berlahak
Masam, yang sayup
sampai pada makna hakikiahnya
Manis, yang
seharusnya terpatri dalam setiap relung jiwa
Busuk,
Ketika keji
terbenam dari persada
Ketika dengki
menghunjam setiap yang suci
Ketika keadilan
lintang pukang meninggalkan negeri
Ketika kejujuran
adalah kata yang tak terbeli
Ketika penindasan
menyeringai menyombongkan diri
Ketika hening
desau suara langit, teriakan kenabian, dan pekik kesucian
Ketika cinta sudah
dimakamkandan nisannya yang terpancang tak pernah jua diziarahi
No comments:
Post a Comment