Gerimis Bernama Lin
Lin, kenapa mesti jadi gerimis? Ada tangan seorang
pendoa yang didoakan namanya. Tengadah, adakah dia menunggu gerimis, Lin?
Setingkah anggun kembang tulip dan mata
titik yang dispersi. Kelebat jiwa yang menuang-nuang gundah pada poci dan teh
dihangat berkali jatuh tik! Gerimis? Seperti Lin. Serabut gelayut di kain yang
juntai. Lin bukan malaikat. Membaca jengkal satu satu dua dua tiga tiga telusup
di sela dan kisi rumput dan pori-pori duri. Terlalu mencari. Kutuk, Lin,
menjengkal tiap sesuka. Lin, kenapa mesti jalan jadi gerimis?
Lin menerjemah, O gerimis bening begitu. Hanya tak ada yang benar-benar bisa dibaca dalam warna yang terkadang tak dianggap ada.
Lin menerjemah, O gerimis bening begitu. Hanya tak ada yang benar-benar bisa dibaca dalam warna yang terkadang tak dianggap ada.
Rasa bukan ghaib yang goyang-goyang sendiri.Lin benar
ingin membaca.
Dan Lin menerjemah! dan rasa sungguh tak terjamah.
Lin, mesti jadi gerimis.
Padangpanjang, 01092012
Tarian Penutup
Menjilati
tapak mengukuh melemah
bintik-bintik
lukisan pada tanah
dan
karpet merah tua
Ada
jemari malu-malu meregang,
wajah
yang mengibas, dan
sehelai
cinta yang tersisa di langit mata
Menarilah!
Jikapun
gelas gemeretak dimakan tangkainya.
Jus
mangga hingga vodka
tumpah
dan mengering dalam usia taplak meja
Kursi
hilang duduk
kaki
hilang tegap.
Musik
pudar. Teruslah!
Karena
menari seringkali bukan tentang mendengar
tapi
tentang melukis
Terus
menari, ada yang patut diselesaikan
Diusaikan
dalam ketiada-usaian.
24112012
No comments:
Post a Comment