1/05/2013

33



Gerimis Bernama Lin

Lin, kenapa mesti jadi gerimis? Ada tangan seorang pendoa yang didoakan namanya. Tengadah, adakah dia menunggu gerimis, Lin? Setingkah anggun  kembang tulip dan mata titik yang dispersi. Kelebat jiwa yang menuang-nuang gundah pada poci dan teh dihangat berkali jatuh tik! Gerimis? Seperti Lin. Serabut gelayut di kain yang juntai. Lin bukan malaikat. Membaca jengkal satu satu dua dua tiga tiga telusup di sela dan kisi rumput dan pori-pori duri. Terlalu mencari. Kutuk, Lin, menjengkal tiap sesuka. Lin, kenapa mesti jalan jadi gerimis?
Lin menerjemah, O gerimis bening begitu. Hanya tak ada yang benar-benar bisa dibaca dalam warna yang terkadang tak dianggap ada.
Rasa bukan ghaib yang goyang-goyang sendiri.Lin benar ingin membaca.

Dan Lin menerjemah! dan rasa sungguh tak terjamah.
Lin, mesti jadi gerimis.
Padangpanjang, 01092012













Tarian Penutup


Menjilati tapak mengukuh melemah
bintik-bintik lukisan pada tanah
dan karpet merah tua
Ada jemari malu-malu meregang,
wajah yang mengibas, dan
sehelai cinta yang tersisa di langit mata

Menarilah!
Jikapun gelas gemeretak dimakan tangkainya.
Jus mangga hingga vodka
tumpah dan mengering dalam usia taplak meja
Kursi hilang duduk
kaki hilang tegap.

Musik pudar. Teruslah!
Karena menari seringkali bukan tentang mendengar
tapi tentang melukis

Terus menari, ada yang patut diselesaikan
Diusaikan dalam ketiada-usaian.
24112012

No comments:

Post a Comment