Perempuan Menggenggam
Bara
Perih
di dada itu
menjadi
kesumat yang akan lama tersimpan
Setiap
kali membaca peristiwa
terulang
dan berulang dialami sesama
yang
dinistakan dan disudutkan
api
semakin meninggi
Perempuan
bermimpi
kertas
putih bercatatkan tinta emas
Apalah
jadi bila noda-noda hitam jelaga
yang
membekas
Siapa
dapat menahan
bila
dendam membara
Pedang
keadilan telah dihunuskan
Tidak
bisa tenang sebelum mangsa tertikam
sebelum
noda hitam itu terbakar
Desember 2012
Pantai Indrayanti
Aku
genggam erat jemari tanganmu
sebab
kita terlanjur hadir di sini
di
antara pasir-pasir berserakan
Tak
mau aku melewatkan siang
sebelum
tanyaku berjawab
siapakah
yang mulai menyebar benih
hingga
bertunas dan tumbuh meninggi
Sampai
kapankah kita di sini
Mungkin
sampai basah sekujur badan
tersiram
gelombang hasrat pasang
Siapa
yang mau melepaskan
kalau
tahu berpisah itu susah
Di
sini saja kita sampai waktu memuai
Deburan
itu gelora asmaraku
memuncak
saat rambutmu berkibar
Di
binar matamu tempatku singgah
usai
perjalanan panjang mencari sejati
Kubisikan
namamu: Angela
Desember 2012
Catatan
: Pantai Indrayanti di Gunungkidul, Yogyakarta
Desa dan Kota
Tumbuhan
dan lahan adalah pangkal kehidupan
Menghijau
desa menjadi penyangga peradaban kota
yang
dijunjung tinggi dan hendak menerkam segala
Desa
melingkari dengan kehangatan cinta
menjadi
saksi bagi kota dari tiada menjadi berada
Desa
memberi segala tanpa mengharap sesuatu
bahkan
terus memberi saat namanya dilupakan
Saat
bagian-bagiannya terus digerogoti, dia diam saja
dan
kekayaan dirampas demi kejayaan penghuni kota
Kota
tidak memberi selain mimpi-mimpi
menarik
dari sekitarnya, memeluk erat dengan janji
entah
bisa dipenuhi atau sekadar diingkari
Saat
tangis dan penyesalan mereka kembali
ke
muara merasakan denyut kasih sebenarnya
sehingga
mereka tahu arti keseimbangan
Desember 2012
Menjadi
Abu
- Para
Diktator
Bagaimana bisa engkau menjadi abu
sedang keabadian yang engkau impikan
sedang akhir tak pernah kau bayangkan
seperti ini permainan yang kau cipta
dengan tangan bersimbah darah dan letusan peluru
Bagaimana engkau sampai tak tahu
pelajaran dari sejarah yang terus terulang
nama yang pernah coba kau tinggikan
bisa hancur dalam gulungan masa
Rakyat menuntut keadilan
sejarah mengadili dengan suara hatinya
namamu dicatat justru dengan darah hitam
Bagaimana engkau sampai terlalu jauh
berjalan tanpa kendali, rem dibuat blong
Pesta pun harus usai, ironi mengiringi
justru dengan nestapa bagimu
dan sorak sorai lawan-lawan yang bernapas lega
Bagaimana bisa engkau mencatatkan
nama buruk yang tidak bisa kauhapuskan
sebab laku gerak salah
Kami memahami tetapi sukar memaafkan
Di tiang gantungan alun-alun kota kepala terpenggal
Rasanya belum cukup melunaskan dendam kami
29 Desember 2012
El
Maut
mengendap-endap di kegelapan
aku tahu kau menguntit rajin mengintai
untuk merampas batang kehidupanku
saat aku lena atau sadar
kau akan datang menghunus pedangmu
memutus rantai waktu
kau yang misterius tak berwajah
kadang berbaik hati memberi tanda, tetapi
seringkali secepat kilat merenggut tanpa aba-aba
dan jasad tersungkur kaku tanpa laku
sudah berakhir, yang fana ditanggalkan
kau menggiring, kau mengurung
untuk menggulung catatan menuju kebinasaan
jalan-jalan panjang tinggal kenangan
buah manis atau pahit akan dirasa
pintu kubur menunggu senantiasa
terbangku ke sana dengan tersengal
dalam bayang hitam menyesakkan
atau dengan napas lega lancar
untuk menyambut hari baru
No comments:
Post a Comment