1/05/2013

66



Perempuan Menggenggam Bara

Perih di dada itu
menjadi kesumat yang akan lama tersimpan
Setiap kali membaca peristiwa
terulang dan berulang dialami sesama
yang dinistakan dan disudutkan
api semakin meninggi

Perempuan bermimpi
kertas putih bercatatkan tinta emas
Apalah jadi bila noda-noda hitam jelaga
yang membekas

Siapa dapat menahan
bila dendam membara
Pedang keadilan telah dihunuskan
Tidak bisa tenang sebelum mangsa tertikam
sebelum noda hitam itu terbakar

Desember 2012










Pantai Indrayanti

Aku genggam erat jemari tanganmu
sebab kita terlanjur hadir di sini
di antara pasir-pasir berserakan
Tak mau aku melewatkan siang
sebelum tanyaku berjawab
siapakah yang mulai menyebar benih
hingga bertunas dan tumbuh meninggi

Sampai kapankah kita di sini
Mungkin sampai basah sekujur badan
tersiram gelombang hasrat pasang
Siapa yang mau melepaskan
kalau tahu berpisah itu susah
Di sini saja kita sampai waktu memuai

Deburan itu gelora asmaraku
memuncak saat rambutmu berkibar
Di binar matamu tempatku singgah
usai perjalanan panjang mencari sejati
Kubisikan namamu: Angela

Desember 2012

Catatan : Pantai Indrayanti di Gunungkidul, Yogyakarta






Desa dan Kota

Tumbuhan dan lahan adalah pangkal kehidupan
Menghijau desa menjadi penyangga peradaban kota
yang dijunjung tinggi dan hendak menerkam segala
Desa melingkari dengan kehangatan cinta
menjadi saksi bagi kota dari tiada menjadi berada

Desa memberi segala tanpa mengharap sesuatu
bahkan terus memberi saat namanya dilupakan
Saat bagian-bagiannya terus digerogoti, dia diam saja
dan kekayaan dirampas demi kejayaan penghuni kota

Kota tidak memberi selain mimpi-mimpi
menarik dari sekitarnya, memeluk erat dengan janji
entah bisa dipenuhi atau sekadar diingkari
Saat tangis dan penyesalan mereka kembali
ke muara merasakan denyut kasih sebenarnya
sehingga mereka tahu arti keseimbangan

Desember 2012











Menjadi Abu
-    Para Diktator

Bagaimana bisa engkau menjadi abu
sedang keabadian yang engkau impikan
sedang akhir tak pernah kau bayangkan
seperti ini permainan yang kau cipta
dengan tangan bersimbah darah dan letusan peluru

Bagaimana engkau sampai tak tahu
pelajaran dari sejarah yang terus terulang
nama yang pernah coba kau tinggikan
bisa hancur dalam gulungan masa
Rakyat menuntut keadilan
sejarah mengadili dengan suara hatinya
namamu dicatat justru dengan darah hitam

Bagaimana engkau sampai terlalu jauh
berjalan tanpa kendali, rem dibuat blong
Pesta pun harus usai, ironi mengiringi
justru dengan nestapa bagimu
dan sorak sorai lawan-lawan yang bernapas lega

Bagaimana bisa engkau mencatatkan
nama buruk yang tidak bisa kauhapuskan
sebab laku gerak salah
Kami memahami tetapi sukar memaafkan
Di tiang gantungan alun-alun kota kepala terpenggal
Rasanya belum cukup melunaskan dendam kami


29 Desember 2012

El Maut

mengendap-endap di kegelapan
aku tahu kau menguntit rajin mengintai
untuk merampas batang kehidupanku
saat aku lena atau sadar
kau akan datang menghunus pedangmu
memutus rantai waktu

kau yang misterius tak berwajah
kadang berbaik hati memberi tanda, tetapi
seringkali secepat kilat merenggut tanpa aba-aba
dan jasad tersungkur kaku tanpa laku
sudah berakhir, yang fana ditanggalkan

kau menggiring, kau mengurung
untuk menggulung catatan menuju kebinasaan
jalan-jalan panjang tinggal kenangan
buah manis atau pahit akan dirasa
pintu kubur menunggu senantiasa
terbangku ke sana dengan tersengal
dalam bayang hitam menyesakkan
atau dengan napas lega lancar
untuk menyambut hari baru

No comments:

Post a Comment