Sajadah
Merah
Senyap
Tatkala semua bisu, tuli dan lumpuh
Para saksi bisu pun seakan takut ikut campur
Karena begitu bengisnya engkau
Padahal
tubuhmu kini sudah meradang
Bak
abnus yang merapuh disiram air
Dan
lihatlah, seluruh sudut tubuhmu mengklaim
Inilah
gambaran kirjamu selama hidup
Kau yang selalu absen dari hal sujudmu
Namun kau sambut layaknya surgamu, kombat disetiap
sorenya
Prikotik kau . . .
Hitam gelap kehidupanmu, putih terang tangkapan retinamu
Hingga
seorang klerek berkata padamu
Air
selokan layaknya alkohol yang kau telan
Sengatan
bau raflesia layaknya parfum yang kau pakai
Sayatan
duri mawar layaknya ucapan yang kau lontarkan
Dan
kelabakan sang belut layaknya tingkah laku
Renungkanlah
Engkau hanya bertugas sebagai plagiat dari pemimpinmu
Menjadi abid setiap belaian dan tamparan nafsu duniawimu
Sehingga hanya ada satu bayangan yang tercetak di
retinamu
Sang Illahi
Itulah arahmu
Ternyata
hanya impian belaka
Sudah
setahun kau tidak juga melek
Berjalan
sudah terseok-seok, sempoyongan
Kocar-kacir
pandanganmu
Itulah
isyarat untukmu
Dan kini kau telah benar-benar bisu, tuli dan lumpuh
Tenggelam dalam tangga asamu
Para saksi bisu itu pun ikut menangis
Karena hanya mampu menyelimuti tubuhmu yang sudah rengkah
Sajadah Merahmu . . .
Keterangan
:
-
Abnus : Kayu arang
-
Kombat : Pertikaian antar kelompok
-
Prikotik : Benar-benar gila
-
Klerek : Juru tulis
-
Plagiat : Menjiplak karya orang lain
No comments:
Post a Comment