Meraup Senja
Karya Dodi Saputra
Kala kesemua corong menguji, mengusik resonansi tanpa henti
Hingga
bergema mengajak sanubari seolah
tak kuasa mengendali diri
Persuaan
yang sebenarnya dinantikan lagi, entah
sampai kapan berujung pasti
Mengusik
kesyukuran dalam rendah menjadi
kelelahan tanpa rasa
Jasad
berkata bila resah menenangkan
gejolak jiwa gulana
Permulaan
dan terakhir menjadi dilema, berawal
tanpa kenangan indah suasana
Seolah
tak berjalan mudah bersamanya sesaat
berawal memori ceria
Mengukir
jembatan hati insan memadu cinta
Sekira
gelap menyelimuti sadar, saraf
mengelilingi kian berputar
Semburat
menyentuh kelakar bersandar sembari
bias menyapa tubuh gemetar
Berselang
tawa membawa angkasa, bersulang
kaca menebar cita
Berselimut
mimpi setingkat tinggi seketika biarkan
jalan menyerong jalan sang juara
Andai
angan setinggi bukit curam, abaikan
laut dan menara suram
Asalkan
suara menembus hayal andalkan
tangan menembus tirai hitam
Amukan
api mengobar jiwa tak pernah padam
Curam
kau arungi hari ini celaka
mereka tak tahu diri
Cerita
foya mengelakkan hati gersang cetakan
tanah petak memanggil sayu
Celupkan
jasad hingga menuju satu bersama
air yang menjadikan beku
Bersama
api yang melelahkan cair dingin
hati di pagi buta tanpa daya
Apalah
guna batin berkata tanpa suara bertapak
padu di keheningan yang merasuk jiwa
Seolah
terdengar tapi tak bersandar seakan
berpikir tapi tak berzikir
Seperti
suara tapi sayup perantara dua, siapakah
gerangan di atas tikar lipat menara?
Sementara
kubah memayung ceria tanpa jasa, tiupan
lembut angin semerbak riuh menyapa
perlahan barisan depan tanpa bosan, menepuk
sang penghayal di alam dingin kenyal Menyibak bola mata keluar bersama raga, memaksa jasad di himpitan kuat yang
mendera Dunia terperangkap ilusi berkali-kali, tanah bergetar tanpa bosan berputar, air
bergulir tanpa henti mengalir, angin
sayup-sayup terus saja bertiup, api
membara menyapa insan terluka
Udara
ikhlas dan teduh mengiringi denyut menyeluruh. ***(Padang,
Desember 2012)
No comments:
Post a Comment