1/05/2013

48



Ketika Kita Bertukar Masa Lalu

Teguk anggur terakhir;
Si gadis berambut pirang masih setia di bangku kayu itu
Sebuah cafe pinggir kota

Bercerita tentang dunia serba hijau dan lelaki pengigau
Antara meja, sepasang kursi dan remang ruang
Mengenang bayang senja yang pelan-pelang hilang

Orang-orang bergantian datang lalu pergi
Mereka bercakap tentang hari-hari yang sibuk
Dan ia memaling wajah tak peduli

Seorang kekasih meninggalkan mejanya
Asbak dan sisa rokok juga bill tagihan dari pelayan
Lelakinya tak kunjung tiba barangkali sesuatu terjadi di balik telepon

Jendela seperti kehilangan lekuknya
Pintu kaca dan lantai kayu asing dengan dirinya
Botol anggur dituangkan dan sisa ingatan diam-diam dikenangkan










Obituari
            : Kepada N

Sebelum usai waktu
Mereka telah menuntaskan ritualnya

Malam cahaya dan helai daun perlahan
melepaskan ingatannya pada reranting kering
cuaca buruk atau linang pucat masa lalu

Apa yang mungkin paling dicemaskannya
Selain masa perkabungan yang serupa
Petikan nasihat tabah dan doa bagi yang kehilangan

Apa yang mungkin paling dicemaskannya
Kucing peliharaan yang dititipkan ke tetangga rumah
Catatan harian penuh rahasia
atau kekasih yang diam-diam bercinta menjelang perkabunganmu

Tapi bayangkan di waktu lain
Ketika kata-kata tidur jadi persembahan
Ingatan ibu mengenang dirimu juga bait sajak yang memilih tinggal









Ingin Kutulis Sebuah Sajak


Dari seberang layar seseorang memintaku berbalas kabar
Juga kenalan yang berkali menuliskan keluhan kepada kekasihnya yang pergi
Seolah seseorang yang lain akan membalas pesan-pesan itu
Padahal barangkali tak seorang pun hendak tahu, apa yang ditulis untukmu
            Begitu juga aku

Sebab aku hanya ingin menulis kepadamu
sebuah sajak, cukup sebuah yang paling bagus

Lihatlah, bayangkan kita kanak-kanak yang berlarian
Tapi selalu seperti hilang kata, habis terka
Seperti juga dirimu yang menghilang sepagian tanpa pesan

Sungguh, aku ingin menulis sebuah sajak untukmu
cukup sebuah, yang paling baik petang ini

Orang-orang bergegas, juga kereta dan sewaktu-waktu waktu
Beratus kenang-kenangan tergesa, berlompatan di sela ingatan

Anak-anak berlarian, sementara para orang tua terus mengigau dengan dirinya
Seorang ayah menemani istrinya yang tengah hamil tua
Ada pula lelaki yang seharian berdiri di seberang tempat dudukku
 menunggui meja-meja dan menyelesaikan tagihan
Betapa aku merasa diri asing, mungkin juga seperti mereka
 Dongeng Untuk Seorang Kawan
                        :Pangeran Kecil

Lama sudah tak kukirimkan sebuah sajak untuk kawan lama kita
betapa mungkin kita  sama-sama merindukannya

Tapi hari ini aku bacakan sebuah dongeng untuknya
entah ia suka, atau enggan menolak ceritaku
    tak sekalipun ia menjawab  bila ku tanyakan
    ----sukakah kau, pada pangeran itu?---

Aku menyukainya, sungguh suka
     seperti aku menyukai saat aku bilang aku menyukainya padamu
     kawan kita itu lebih suka diam, seperti juga kau yang diam-diam menyukaiku
         ---kau kira aku anak kecil---

Nah, padamu ku ceritakan pula kisah si Pangeran Kecil ini
entah bagaimana mulanya, hanya ia yang tahu dari mana ia datang
Pangeran Kecil yang tak pernah paham pada orang dewasa itu
    berasal dari sebuah planet kecil yang bahkan lebih kecil dari kamar tidurmu
    tapi dia punya dua buah gunung sebesar dingklik kecil
   serta sekuntum bunga manja yang juga kecil,
  hanya satu-satunya di tempat asal sang Pangeran

suatu hari, dengan sedih ia tinggalkan planetnya yang serba mungil itu
mengucap salam perpisahan kepada bunga yang hanya sekuntum
--aku punya empat duri, kau tak usah mengkhawatirkanku—
bunga kecil berkata dengan sedikit tinggi hati

di planet-planet lain yang sama kecilnya dengan bola sepak milikmu
Pangeran Kecil bertemu bermacam-macam orang dewasa
Seorang pemabuk yang ingin lupa
Seorang raja yang suka pada puji pujian
Serta seorang pengusaha yang mengaku dirinya orang yang bersungguh-sungguh
                        --aku tak punya waktu untuk berbicara yang tidak penting—

Apakah kita orang yang sungguh
            seperti juga kawan kita satu ini?
Ayo, kisahkan lagi dongeng ini untuknya
Hibur ia dengan cerita-cerita masa kanak
Barangkali kita sama merindukannya
Lalu menulislah sebuah sajak tentang si kanak
yang selalu mau tahu itu
ujarkan lagi pada kawan kita tercinta itu
            kali ini jadikan puisi












Ode Bagi Senja


/1/
Boneka kayu akar jerami
Sepanjang petang menunggui pematang
Barangkali seekor burung bijak
Hinggap di pundak padi

/2/
Dalam dirimu basah gelombang
Pasang dan jerangan malam mengerang
Buih menyala, nelayan hilang
Subuh memburu pasi pasir

/3/
Mengerang engkau dalam bayang
Sekuntum ilalang berpucuk lalang
Dirisaunya kau bersembilu lalu
Ah, malulah hati

No comments:

Post a Comment