Leleh Lilin dan Titik Api
Dingin udara kau campakkan
dan malam tak mesti ku risaukan
entah, selalu saja begitu
bila kau dan aku saling beradu cumbu
ada saja yang meleleh
ah, kali ini bibirmu.
Tanpa berbincang
tapi selalu kita begitu
ada yang melelehkan
ada yang terlelehkan
lalu kita sama terkekeh
mencair ke celah meja
menetes jatuh di kolong cinta.
Bulan beranjak
angin menderu
di perasaan yang melaju
di biru penghabisan malam minggu
kau dan aku
adalah leleh lilin dan titik api
kau habis aku mati.
dan malam tak mesti ku risaukan
entah, selalu saja begitu
bila kau dan aku saling beradu cumbu
ada saja yang meleleh
ah, kali ini bibirmu.
Tanpa berbincang
tapi selalu kita begitu
ada yang melelehkan
ada yang terlelehkan
lalu kita sama terkekeh
mencair ke celah meja
menetes jatuh di kolong cinta.
Bulan beranjak
angin menderu
di perasaan yang melaju
di biru penghabisan malam minggu
kau dan aku
adalah leleh lilin dan titik api
kau habis aku mati.
Klaten, 27 Juni 2012
Tenggelam Dalam
Membuncah
rindu.
di cangkir menuang air
membikin kopi
mulanya secangkir
kini bercangkircangkir
mulanya di cangkir
kini meluap melewati bibir
ke penjuru meja di cangkir menuang air
membikin kopi
mulanya secangkir
kini bercangkircangkir
mulanya di cangkir
kini meluap melewati bibir
ke penjuru ruang
dan tenggelam dalam.
untuk puisi saya yang berjudul "Tenggelam Dalam"
ReplyDeleteada dua baris terakhir yang hilang, yakni:
'ke penjuru ruang
dan tenggelam dalam.'
mohon untuk koreksi editorial. terima kasih.
terima kasih atas respon positifnya.
ReplyDelete