Tanah Leluhur Sorga
Aku kembali menghisap dupa
merapal mantra harumkan doa.
Di tanah bukit sorga
tangan menadah kelangit meratap kisah;
leluhurku agung serupa halilintar
memecut butir-butir bedil dengan
darah dan airmata.
Aku berdiri di atas cakrawala,
tapaki arah angin haturkan doa roh-roh
moyang
memerah putihkan asin garam
lalu berderak layar –layar di
lautan.
Dan di langit tertancaplah pusaka
kekuasa, biru lautan, hijau gunungan,
serta seribu karat keling tombak;
menjadi peluru, menjadi serdadu
melululantahkan kobaran waktu.
Moyangku semerbak wewangi, moksa di
tubuh;
berdebur dalam ombak, menetes pada
kemarau
di tanah yang mengalir madu dan
darah.
Lalu
aku teriakkan kepada mereka;
Aku bersumpah digagang celurit!
Lebih baik putih tulang dari pada putih
mata
demi meluhurkan tanah leluhur kami;
Asin garam jiwaku,
Manis madu sorgaku.
Sumenep, Nopember 2012
No comments:
Post a Comment