12/26/2012

30



Tanah Leluhur Sorga
Aku kembali menghisap dupa
merapal mantra harumkan doa.

Di tanah bukit sorga
tangan menadah kelangit meratap kisah;
leluhurku agung serupa halilintar
memecut butir-butir bedil dengan darah dan airmata.

Aku berdiri di atas cakrawala,
tapaki arah angin haturkan doa roh-roh moyang
memerah putihkan asin garam
lalu berderak layar –layar di lautan.

Dan di langit tertancaplah pusaka
kekuasa, biru lautan, hijau gunungan,
serta seribu karat keling tombak;
menjadi peluru, menjadi serdadu  
melululantahkan kobaran waktu.

Moyangku semerbak wewangi, moksa di tubuh;
berdebur dalam ombak, menetes pada kemarau
di tanah yang mengalir madu dan darah.

Lalu aku teriakkan kepada mereka;
Aku bersumpah digagang celurit!
Lebih baik putih tulang dari pada putih mata
demi meluhurkan tanah leluhur kami;

Asin garam jiwaku,
Manis madu sorgaku.


Sumenep, Nopember 2012

No comments:

Post a Comment