12/20/2012

9



KALA ITU
Kusimpan sisa wanginya rendevouz
Semerbaknya merasuk relung terdalamku
Kupejam mata menghafal siluetmu
Semakin kumemejamkannya
Semakin menajam mewanginya

Kala itu;
Duduk bersanding menghafal semilir angin malam
Saling melempar bara yang terselip diantara angkasa kami

Waktu penuh kejutan bila jatuh cinta
Lantas kami saling mencecap manis benalunya.

Dan sebelum aku lupa bagaimana puluhan diksi beterbangan kala itu
Akan ku ambil satu dari mereka untuk dinamai puisi.



BULAN BULAT BENAR

Penghias malam lesu
Tak ada kerlip bintang
Menebar diakhir bulan

Mendung pada ujungnya
Mengiring cerita yang tak usai
Menggelap kelabu
Mengusir sepi yang piatu

Langkah kecil menepi
Merapat kehalaman lengang
Menanti kerlip yang terbuang
Menanti bulan tepat diujung tiang


HUTANG SEMALAM PADAKU
  
Sedang berandai sesiapa kau
Menggeliat denganku namun anganmu mengelana

Jemarimu menjelajahku
Namun ingatanmu melabuh kekawanan awan

Nikmat ku menunggui kau
Habiskan kepulan asap beterbangan
Menambah liar penantian

Datanglah kau
Dengan separo kelelahan

Entah tadi siang atau tadi malam
Kau habiskan bersama perawan.




PEREMPUAN ANGAN

Aku akan datang padamu
Membawa sekian jejak yang sebelumnya pernah kau tunai padaku

Dengan lembaran yang kini penuh warna
Aku lantangkan swara degubku yang meragu dulu

Langkahku telah tetap menujumu
Menyerta beribu diksi beraturan
Berharap sabdamu nanti
Menjadi sajadah sujudku

No comments:

Post a Comment