KALA ITU
Kusimpan sisa wanginya rendevouz
Semerbaknya merasuk relung terdalamku
Kupejam mata menghafal siluetmu
Semakin kumemejamkannya
Semakin menajam mewanginya
Kala itu;
Duduk
bersanding menghafal semilir angin malam
Saling
melempar bara yang terselip diantara angkasa kami
Waktu penuh
kejutan bila jatuh cinta
Lantas kami
saling mencecap manis benalunya.
Dan sebelum aku lupa bagaimana puluhan diksi beterbangan
kala itu
Akan ku ambil satu dari mereka untuk dinamai puisi.
BULAN BULAT BENAR
Penghias malam lesu
Tak ada kerlip
bintang
Menebar
diakhir bulan
Mendung pada ujungnya
Mengiring cerita yang
tak usai
Menggelap kelabu
Mengusir sepi yang
piatu
Langkah kecil menepi
Merapat kehalaman
lengang
Menanti kerlip yang
terbuang
Menanti bulan tepat
diujung tiang
Sedang berandai sesiapa kau
Menggeliat denganku namun anganmu mengelana
Jemarimu menjelajahku
Namun ingatanmu melabuh kekawanan awan
Nikmat ku menunggui kau
Habiskan kepulan asap beterbangan
Menambah liar penantian
Datanglah kau
Dengan separo kelelahan
Entah tadi siang atau tadi malam
Kau habiskan bersama perawan.
Aku akan datang padamu
Membawa sekian jejak yang sebelumnya pernah kau tunai padaku
Dengan lembaran yang kini penuh warna
Aku lantangkan swara degubku yang meragu dulu
Langkahku telah tetap menujumu
Menyerta beribu diksi beraturan
Berharap sabdamu nanti
Menjadi sajadah sujudku
No comments:
Post a Comment