DI PERSIMPANGAN ITU
AKU MENUNGGU MELANJUTKAN JALAN
Tuan, begitu
indahnya negeri ini
sampai
sampai kau tenang berjalan di tengahnya
hijau
membiarkan
kuning
mengingatkan
merah
menandakan
tapi tanda
tak berguna lagi
Tuan, adakah
kau sedikit mengerti?
setiap
manusia juga punya urusan pribadi
satu menit
yang seharusnya berarti
menjadi satu
jam yang habis sia sia
Tuan,
lihatkah engkau ketika sedang melintas?
begitu padat
di sekelilingmu menanti
walau bukan
kenyataannya untukmu
Tuan, adakah
kau sedikit merasakan?
di bawah
terik ini semua menanti
hingga
pasukan aman terkendali
ingin
melawan tapi tak bisa apa apa
bergerak
sedikit saja sudah salah
tapi mengapa
begitu lama
Tuan, begitu
bahagia sepertinya kekuasaan
hingga kau
yang begitu di utamakan
tak peduli
lagi nasib yang menunggu
Tuan,
suara suara
mulai di bunyikan
mereka yang
telah menggeram
teriakan
pemuda juga melantang
yang ingin
segera dibebaskan
bunyi
melengking juga di perdengarkan
sebagai
harapan agar cepat terselesaikan
tapi kenyataan
begitu mengharukan
kau sangat
di besarkan
bermandikan
keringat karena menanti bersama sang surya
aku hanya
bisa memandang
karena
memang tak ada yang bisa disalahkan
Jambi, 1
April 2011
MEMBUNUH
SEPI
Sunyi
senyap hitam
Menyelimuti
kesendirian
Angin
malam menerpa aku berdiri sedikit kuduk ku
Hitam
hitam pekat
Pandangan
ku ikut menggelap
Cuaca
pun berubah langit-langit tiba-tiba kelam
Mata
aku buta, telinga ku tuli, mulut aku bisu, tubuh jadi kaku
Tak
berdaya, di malam ini
Sepi
seolah ingin aku mati
Tapi
aku lebih dulu membunuh sepi
Di
tengah keramaian
Di
antara hiruk pikuk kerasnya zaman
Di
selip keegoisan dan dusta
Aku
meringkuk membujur kaku
Seakan
pikir ku habis di makan usia
Terkubur
bebatuan dan tanah
Bak
mayat sendiri di kedalaman makam
Tapi,
aku masih ada
Masih
bernyawa
Aku
berusaha sekuat tenaga
Agar
aku bisa bebas dari belenggu kesunyian
Tapi
malam ini
Sepi
sungguh ingin aku mati
Aku
harus lebih dulu membunuh sepi
Yogyakarta,
15 Oktober 2012
TULANG-TULANG
Tulang-tulang
itu bukan tulang-tulang itu
Tulang-tulang
itu tidak lagi sempurna
Sejak
tulang-tulang itu dirayapi
Osteosarkoma
Menggerogoti
tulang-tulang kaki itu
Merasuk
jadi penghancur edaran darah
Menganggu
kesehatan seluruh tubuh
Tulang-tulang
itu memang bagian tulang-tulang itu
Tetapi
tulang-tulang itu telah tiada
Bersama
otot dan daging dimakan
Amputasi
Adalah
jalan terakhir untuk penyelamatan
Namun
ternyata hanya sebatas pencegahan
Telah
rela kaki kiri menghilang
Tulang-tulang
itu telah abadi bersama tulang-tulang lainnya
Tapi
masih tersisa tulang-tulang itu
Tulang-tulang
yang masih lekat juga dekat
Kematian
Tulang-tulang
itu telah dipenggal
Namun
ajal masih ingin menjemput engkau
Yogyakarta,
23 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment