12/20/2012

20



DI PERSIMPANGAN ITU
AKU MENUNGGU MELANJUTKAN JALAN

Tuan, begitu indahnya negeri ini
sampai sampai kau tenang berjalan di tengahnya
hijau membiarkan
kuning mengingatkan
merah menandakan
tapi tanda tak berguna lagi

Tuan, adakah kau sedikit mengerti?
setiap manusia juga punya urusan pribadi
satu menit yang seharusnya berarti
menjadi satu jam yang habis sia sia

Tuan, lihatkah engkau ketika sedang melintas?
begitu padat di sekelilingmu menanti
walau bukan kenyataannya untukmu

Tuan, adakah kau sedikit merasakan?
di bawah terik ini semua menanti
hingga pasukan aman terkendali
ingin melawan tapi tak bisa apa apa
bergerak sedikit saja sudah salah
tapi mengapa begitu lama

Tuan, begitu bahagia sepertinya kekuasaan
hingga kau yang begitu di utamakan
tak peduli lagi nasib yang menunggu

Tuan,
suara suara mulai di bunyikan
mereka yang telah menggeram
teriakan pemuda juga melantang
yang ingin segera dibebaskan
bunyi melengking juga di perdengarkan
sebagai harapan agar cepat terselesaikan
tapi kenyataan begitu mengharukan
kau sangat di besarkan
bermandikan keringat karena menanti bersama sang surya
aku hanya bisa memandang
karena memang tak ada yang bisa disalahkan

Jambi, 1 April 2011



MEMBUNUH SEPI


Sunyi senyap hitam
Menyelimuti kesendirian
Angin malam menerpa aku berdiri sedikit kuduk ku
Hitam hitam pekat
Pandangan ku ikut menggelap
Cuaca pun berubah langit-langit tiba-tiba kelam
Mata aku buta, telinga ku tuli, mulut aku bisu, tubuh jadi kaku
Tak berdaya, di malam ini
Sepi seolah ingin aku mati
Tapi aku lebih dulu membunuh sepi

Di tengah keramaian
Di antara hiruk pikuk kerasnya zaman
Di selip keegoisan dan dusta
Aku meringkuk membujur kaku
Seakan pikir ku habis di makan usia
Terkubur bebatuan dan tanah
Bak mayat sendiri di kedalaman makam
Tapi, aku masih ada
Masih bernyawa

Aku berusaha sekuat tenaga
Agar aku bisa bebas dari belenggu kesunyian
Tapi malam ini
Sepi sungguh ingin aku mati
Aku harus lebih dulu membunuh sepi

Yogyakarta, 15 Oktober 2012



TULANG-TULANG

Tulang-tulang itu bukan tulang-tulang itu
Tulang-tulang itu tidak lagi sempurna
Sejak tulang-tulang itu dirayapi
Osteosarkoma
Menggerogoti tulang-tulang kaki itu
Merasuk jadi penghancur edaran darah
Menganggu kesehatan seluruh tubuh

Tulang-tulang itu memang bagian tulang-tulang itu
Tetapi tulang-tulang itu telah tiada
Bersama otot dan daging dimakan
Amputasi
Adalah jalan terakhir untuk penyelamatan
Namun ternyata hanya sebatas pencegahan
Telah rela kaki kiri menghilang

Tulang-tulang itu telah abadi bersama tulang-tulang lainnya
Tapi masih tersisa tulang-tulang itu
Tulang-tulang yang masih lekat juga dekat
Kematian

Tulang-tulang itu telah dipenggal
Namun ajal masih ingin menjemput engkau

Yogyakarta, 23 Oktober 2012

No comments:

Post a Comment