12/20/2012

8



Menembus Kabut Benua

sayap sayap yang baru tumbuh
mengeja partitur kepak. pagi sekuntum doa,
membersit embun dalam kelindan takjub.
mereka yang terbangun oleh lompatan
zaman di hamparan suar mimpi.
mereka pun melayang menuju belantara
bayang bayang. celah pandang panorama
tentang yang akan benderang di kemudian.
sementara kampung sepi dengan pohonan
dan sarang burung menjadi relung pelangi.
ornamen yang melukis grafiti di tubuh sendiri

memburu madu warna pada segugusan kota
dan kosa kata menjerit, membaca derap ilusi
di bawah keringat langit di simpang musim.
menerobos sekat cemas, degup gelisah
menyulut obor imaji. menabung kesaksian
dalam catatan harian. tersimpan di daun lontar,
pelepah kurma, kertas tiket pesawat, taman kota.
juga di pabrik, bandar udara, plaza plaza,
candi candi tumpukan rindu.
yang merawat keharuan desir jauh,
kebun kebun yang teduh.

belumlah purna tempuh jelajah
meneroka aura rasi bintang,
dari pancaran pulau pulau yang mengapung,
hingga keyakinan menemu kesetiaan waktu
yang begitu ibu.

            Jakarta, 2012




 
Azarenka (1)

aku melihatmu dalam beranda lambaian sejarah. ada percik
tetumbuhan di musim yang menyisakan sedikit salju di kejauhan.
di matamu seribu kunang kunang menerangi buku negeri. amuk
risau yang merembet di bawah wilayah wilayah sengketa,
mengemanasi kepada kepundan debaran yang menawar pelepasan.

aku menafsir ada sehimpunan formula metafisika dalam ayunan
penandaan dan gulir musim. ini masihlah pagi penempuhan. ragam
suar imaji bermekaran pada setiap lekuk penerbangan,  merangkai
simulasi tarung asa yang ritmis dan berkejaran. malam merupa
jejaring tipis yang lekas larut dalam kedipan.

ada ribuan sorai di Minsk, kotamu yang haus grafiti. mereka akan
menantimu dengan menaiki balon udara yang dianyam jala jala
sutra. dan ceruk ceruk wilayah merasa memiliki derapmu yang
menebar rima. namun aku mengharap, kepakmu merimbun
menjelma gugusan nebula, yang menaung hingga di atas hutan
dan rawa rawa.

            Bekasi, 2012

*Victoria Azarenka: Juara Grand Slam Tenis Australia Terbuka 2012


 

Di Relung Kotamu

di kotamu, aku dicurah dingin dari jemari kabut. matahari
menatap dalam suam. dan bulan telah lama raib dijerat para
pejalan. bintang bintang padam. langit menjadi belukar bagi
jelujur gusar.

di kotamu, aku mencatat mimpi mimpi, yang menyelinap ke
lipatan horizon. tak menyisakan jejak lagumu. hanya ada
erangan dari beberapa nada yang terkepung lembab,
teronggok berjamur dan terkapar.

di kotamu, taman taman merupa perdu kegamangan. pohon
pohon mengeja episode kehilangan. beton beton menyimpan
taring. di etalase toko toko, keasingan rajin menghisap setiap
degupan. dan sejarah rindu tersedu di kelu malam.

Jakarta, 2012

No comments:

Post a Comment