Menembus Kabut Benua
sayap sayap
yang baru tumbuh
mengeja
partitur kepak. pagi sekuntum doa,
membersit
embun dalam kelindan takjub.
mereka yang
terbangun oleh lompatan
zaman di
hamparan suar mimpi.
mereka pun
melayang menuju belantara
bayang bayang.
celah pandang panorama
tentang yang
akan benderang di kemudian.
sementara
kampung sepi dengan pohonan
dan sarang
burung menjadi relung pelangi.
ornamen yang
melukis grafiti di tubuh sendiri
memburu madu
warna pada segugusan kota
dan kosa kata
menjerit, membaca derap ilusi
di bawah
keringat langit di simpang musim.
menerobos
sekat cemas, degup gelisah
menyulut obor
imaji. menabung kesaksian
dalam catatan
harian. tersimpan di daun lontar,
pelepah kurma,
kertas tiket pesawat, taman kota.
juga di
pabrik, bandar udara, plaza plaza,
candi candi
tumpukan rindu.
yang merawat
keharuan desir jauh,
kebun kebun
yang teduh.
belumlah purna
tempuh jelajah
meneroka aura
rasi bintang,
dari pancaran
pulau pulau yang mengapung,
hingga
keyakinan menemu kesetiaan waktu
yang begitu
ibu.
Jakarta, 2012
Azarenka (1)
aku melihatmu
dalam beranda lambaian sejarah. ada percik
tetumbuhan di
musim yang menyisakan sedikit salju di kejauhan.
di matamu
seribu kunang kunang menerangi buku negeri. amuk
risau yang
merembet di bawah wilayah wilayah sengketa,
mengemanasi
kepada kepundan debaran yang menawar pelepasan.
aku menafsir
ada sehimpunan formula metafisika dalam ayunan
penandaan dan
gulir musim. ini masihlah pagi penempuhan. ragam
suar imaji
bermekaran pada setiap lekuk penerbangan,
merangkai
simulasi
tarung asa yang ritmis dan berkejaran. malam merupa
jejaring tipis
yang lekas larut dalam kedipan.
ada ribuan
sorai di Minsk, kotamu yang haus grafiti. mereka akan
menantimu
dengan menaiki balon udara yang dianyam jala jala
sutra. dan
ceruk ceruk wilayah merasa memiliki derapmu yang
menebar rima.
namun aku mengharap, kepakmu merimbun
menjelma
gugusan nebula, yang menaung hingga di atas hutan
dan rawa rawa.
Bekasi, 2012
*Victoria Azarenka: Juara Grand
Slam Tenis Australia Terbuka 2012
Di Relung Kotamu
di kotamu, aku dicurah dingin dari jemari kabut. matahari
menatap dalam suam. dan bulan telah lama raib dijerat para
pejalan. bintang bintang padam. langit menjadi belukar bagi
jelujur gusar.
di kotamu, aku mencatat mimpi mimpi, yang menyelinap ke
lipatan horizon. tak menyisakan jejak lagumu. hanya ada
erangan dari beberapa nada yang terkepung lembab,
teronggok berjamur dan terkapar.
di kotamu, taman taman merupa perdu kegamangan. pohon
pohon mengeja episode kehilangan. beton beton menyimpan
taring. di etalase toko toko, keasingan rajin menghisap
setiap
degupan. dan sejarah rindu tersedu di kelu malam.
Jakarta, 2012
No comments:
Post a Comment