BURUNG PERKUTUT
“Burung
perkutut… burung perkutut…!!!”
“Dengarkan
aku!”
“Dengarkan
keluh kesahku siang ini!”
Saat
pertamakali aku melihatmu terik ini.
Aku
yakin kau tidak seperti mereka-mereka.
Tegar
dihadapanku, kecewa dibelakangku.
Menyebut
namaku berulang-ulang dihati mereka.
Atau
telah menjadi gossip?
Aku
khilaf….
Kesenyapan
itu datang seketika.
Kata-kata
itu, menghilang….
Alhasil,
semangat hancur cemoohan ramai.
Semua
impian yang terencana sejak awal.
Kini
lenyap tak berbekas.
“Mungkin
karena Aku?”
Ku
adukan semuanya pada seorang teman baik.
Selama
ini ak pernah jenuh menemani.
“Maafkan
aku”?
Perjuangan
perlu hati, hati seluas angka kehidupan.
Dari
teman satu ke yang lain.
Susahnya
tak tahan.
Kini
tinggal seorang, sedari pagi berharap.
Harapan
yang tidak terharapkan.
“Tolong
Sampaikan Maafku pada mereka?”
Jika
kau bebas dari kerangkeng hari ini.
Atau
besok ,lusa, bulan depan, atau tahun depan.
Atau
saat ku sudah tersenyum disana.
“Tolong,
bilang juga pada Tuhan!”
Nanti
malam, ada seorang hamba penegur.
Segala
cerita keluh kesah kepadamu tadi siang.
Aku
kan merengek, menangis, menjerit, meronta bahkan merangkak.
Minta
pelajaran dari-Nya.
Minta
hak ku dari Nya.
Minta
bekal dari-Nya.
Jika
kau telah terbang tinggi menembus langit ke Tujuh.
“Atau
diurat nadiku”?
Entahlah…
kelelahan mengidap raga.
Mungkin,”
Kapankah aku bisa terbang melayang sepertimu?”.
Tanpa
bekal, tanpa dosa.
Bertemu
langsung dengan Tuhan.
“Tunggu
dulu…!” biar sakuku penuh dulu.
Dosaku
terikis dulu.
Dihantam
milyaran hari tak menentu.
No comments:
Post a Comment