12/26/2012

29

31



COKLAT HANGAT

Pagi yang cerah hadir saat rembulan menghilang
Menidurkan anak kelelawar di sarangnya
Siang hari hujan mengguyur
Berbisik pedih para kurcaci di balik semak
Ah, tak masalah ..
Coklat hangatku telah terhidang
Awan putih bersandar teduh di samping langit biru
Merpati bertengger indah di pinggir jendela
Menyapaku yang tengah duduk
Meneguk secangkir coklat hangat
Ahh, nikmatnya coklat hangatku
Dari ujung, terlihat lambaian tangan
Perlahan mendekat mendekat dan mendekat
Terdiam di depan hadapanku
Menatapku seolah tak percaya
Amboiii, inilah aku sayang
Coklat hangatku menyendiri di atas meja
Ia berbisik lembut di telingaku
“kamu sungguh cantik sayang”
Menepuk pundakku
Menuju ke balkon bergandeng tangan
Setelah sekian tahun tak berjumpa
Setelah sekian tahun tak mendengar suara
Dan setelah sekian tahun tak memandang
Coklat hangat kubagikan
Memandangi merpati yang bertengger di jendela
Nyanyian sendu penuh kerinduan

HARAPAN PETANI MUDA
 

Corak ragam kian mewarnai kampungku
Kami para petani muda membanting tulang di sawah
Menyemai benih bertebaran di atas tanah
Menguning padi tak terasa cepatnya
Kampungku subur angin menghembus
Duduk di pematangan sawah berisirahat sejenak
Secangkir kopi kuteguk pelan
Nikmat terasa dalam kerongkongan
Perlahan turun mengetuk pintu lambung
Ku tengadahkan kepala ke atas
Melepaskan anyaman topi kerucut
Menghayati syair lama dari radio tua
Tembang lawas dipadukan musik dangdut
Sambil tertawa menatap langit ciptaan Tuhan
Burung terbang cepat di depan mataku
Lihai berbelok melawan angin barat daya
Serdadu burung tak mau kalah bertanding
Beradu tingkah menuju awan pemula
Bedecak sayap menabrak asap-asap pabrik
Imajinasiku menggerutu!
Kuperhatikan lekat-lekat makna sayap burung
Saling bernostalgia membentuk formasi
Merebut tihta jaksa champion terkemuka
Harapan diibaratkan sayap burung
Saling beradu tak mau terkalahkan
Inspirasi kembali menuai pikiranku

Yang juga tak mau kalah dalam mengejar cita
Hei burung !!
Aku berjanji, suatu hari nanti aku akan terbang bersamamu
Kita akan menjadi makhluk hebat di negeri ini
Biarlah kita kalah dalam material
Yang penting kita berani membela diri dan hak
Tanpa harus muniru, walaupun selangkah
Itulah harapan kami
Di balik topi kerucut PETANI MUDA
 

Fathayatul Husna


Homaedi



Homaedi, lahir di Desa Beluk Raja-Ambunten-Sumenep 1991. Penikmat musik tradisional Madura. Aktif di kajian kepenulisan Rumah Tulis Sumenep. Puisi, cerpen dan artikelnya dimuat di media massa. Juga terkumpul dalam antologi bersama: Temu Komunitas Sastra 2 Kota/Lentera Sastra Jawa Timur (2011).Kidung Sunyi(2012).Anting Bulan Merah (2012).

30



Tanah Leluhur Sorga
Aku kembali menghisap dupa
merapal mantra harumkan doa.

Di tanah bukit sorga
tangan menadah kelangit meratap kisah;
leluhurku agung serupa halilintar
memecut butir-butir bedil dengan darah dan airmata.

Aku berdiri di atas cakrawala,
tapaki arah angin haturkan doa roh-roh moyang
memerah putihkan asin garam
lalu berderak layar –layar di lautan.

Dan di langit tertancaplah pusaka
kekuasa, biru lautan, hijau gunungan,
serta seribu karat keling tombak;
menjadi peluru, menjadi serdadu  
melululantahkan kobaran waktu.

Moyangku semerbak wewangi, moksa di tubuh;
berdebur dalam ombak, menetes pada kemarau
di tanah yang mengalir madu dan darah.

Lalu aku teriakkan kepada mereka;
Aku bersumpah digagang celurit!
Lebih baik putih tulang dari pada putih mata
demi meluhurkan tanah leluhur kami;

Asin garam jiwaku,
Manis madu sorgaku.


Sumenep, Nopember 2012